Khalifah Ahmadiyah Dan Tuduhan Radikalis Kanan

Mendiskusikan makna Khalifah (Khilafah) dalam Islam saat ini khususnya di negara Indonesia, bisa jadi akan menjadi momok yang menakutkan, bahkan mungkin terasa membahayakan untuk mengungkapkannya. Bukan tanpa alasan, pemicu dari ke hawatiran tersebut karena bertepatan pada tanggal 19 Juli 2017 pemerintah Indonesia melalui Kementerian Hukum dan HAM secara resmi mencabut status badan hukum salah satu organisasi masyarakat yang telah lama mencita-citakan kembalinya sistem Khilafah. Dari mulai keputusan tersebut, maka semua narasi yang berhubungan dengan istilah khalifah atau khilafah telah menjadi suatu hal yang membuat jutaan orang di negeri ini phobia.

Sejatinya keberadaan khilafah akan memberikan sebuah nuansa kabar baik bagi para pencintanya, terutama bagi jutaan umat muslim di dunia saat ini.  Tentunya bagi sabagian mulsim yang rindu akan sistem kepemimpinan model ini, adalah sebuah impian dan cita-cita yang besar sehingga akan menjadi solusi umat islam untuk dapat bersatu dibawah komando kepemimpinan yang kita sama-sama kenal dengan sebutan Khalifah. Namun yang menjadi pertanyaan, sistem khilafah dalam model apakah yang di kemudian hari tidak akan mememunculkan berbagai macam peroblematika didalamnya?.

Sungguh sangat ironis, sebuah sistem yang saat ini sedang digandrungi dan diperjuangkan oleh sebagian pencinta khilafah ini, namun adakalanya ada terselip agenda-agenda yang notabenenya berseberangan dengan ideologi yang sudah final. Kejadian seperti ini sering kita dengar baik itu di beberapa Negara yang mayoritas Islam, bahkan di negara Indonesia ini sendiri. Dan inilah yang melatar belakangi kenapa salah satu organisasi yang mengusung khilafah di Indonesia ini telah di cabut legalitasnya oleh pemerintah.

Adalah Jemaat Ahmadiyah yang merupakan satu-satunya organisasi Islam bersekala global, yang telah mampu bertahan dengan sistem khilafahnya. Dan dalam waktu satu abad lebih sistem ini telah mampu menjalankan roda keorganisasiannya. Latar belakang tegaknya sistem Khilafah Ahmadiyah ini, sebelumnya telah terbentuk dengan diawali dari pendakwaan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. Diawali dari pendakwaannya itu maka menjadi sempurnalah apa yang dinubuwwatkan Nabi Saw, bahwa khilafah yang muncul itu adalah khilafah yang akan berjalan diatas manhaj atau sunnah nabi dan para sahabatnya.

Sebagaimana dari pendakwaannya, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as diutus Allah Swt sebagai seorang reformer dalam agama Islam ini, dimana kedatangannya telah dijanjikan sebagai penyempurna dari janji Nabi Muhammad saw. dalam kedudukan agung beliau sebagai al-Mahdi dan al-Masih yang dijanjikan untuk membawa kemenangan yang kedua kali bagi agama Islam. Oleh karena itu setelah kewafatannya yang bertepatan pada tahun 1908, sesuai sesuai dengan Sunatullah (QS. An-Nur 56) dan juga sunnah Nabi Muhammad saw serta para sahabatnya, maka berdirilah Khilafah ‘alaa Minhajin Nubuwwah.

Sprit inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Khilafah Ahmadiyah ini, yang mana dengan kokoh dan pasti organisasi ini makin maju dan berkembang. Keberadaannya yang sudah cukup lama hingga melewati satu abad lebih ini, dengan sistem khilafahnya Jemaat Ahmadiyah telah berdiri dan menyebar di hampir 220 negara. Sistem Khilafah ini sangat berbeda dengan sistem khilafah yang di nanti-natikan umat Islam saat ini. Karena sistem Khilafah ini didirikan untuk mengemban pesan cinta dan kasih sayang. Dan yang paling utama lagi Khilafah ini didirikan dalam tujuan untuk menyatukan umat manusia dalam penyempurnaan hubungan yang haki antara mahluk dan Pencipta-Nya, serta antara mahluk dan sesama ciptaan-Nya.

Khilafah Ahmadiyah tidak memiliki agenda tersembunyi, yang mana menurut beberapa pihak yang tidak memahami akan visi dan misinya, mereka memiliki prasangka bahwa tujuan pendirian Jemaat Ahmadiyah di Indonesia dengan lebel sistem khilafahnya, menjadikan Ahmadiyah harus memiliki ideologi yang berbeda. Bahkan lebih jauh lagi mereka telah berpikir keliru bahwa dalam visi misi Ahmadiyah ada tersembunyi sebuah agenda untuk merubah ideolgi negara dengan idelogi baru yaitu Khilafah.

Seperti contoh sebuah kasus tepatnya dikota tempat saya saat ini tinggal, ada beberapa element dari stake holders yang mana mereka telah menyusun sebuah laporan untuk pimpinannya, dalam laporannya menyebutkan bahwa Khilafah Ahmadiyah itu di kategorikan sebagai organisasi radikalis kanan. Dengan pernyataan ini membuat saya berfikir, dan mencoba untuk menggali berbagai informasi tentang pemaknaan dari radikalis kanan ini. Dan atas dasar kriteria apakah sebuah organisasi itu dikategorikan sebagai organisasi yang berbasis radikal kanan.

Dalam laman yang saya coba googling, ternyata istilah radikal kanan atau yang disingkat (raka) adalah gerakan berlatar belakang agama, sehingga lebih spesifik lagi dijuluki terorisme. Menurut keterangan dalam situs tersebut menambahkan bahwa, radikalisme ini ada dalam semua ajaran agama, baik Islam, Nasrani Maupun Yahudi. Militansinya cenderung dibangun berdasar pemahaman yang keliru terhadap ajaran agamanya, contoh konkretnya adalah ISIS.

Dikarenakan hal inilah saya akan mencoba untuk menjelasakan dari sudut pandang saya sebagai warga Ahmadiyah untuk menunjukan seberapa jauh kiprah Ahmadiyah terlibat dalam memajukan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini?. Apakah atas dasar tuduhan tersebut Ahmadiyah akan terbukti sebagai organisasi yang terafiliasi dengan gerakan radikal kanan? Ataukah sebaliknya Ahmadiyah dengan para pengikut didalamnya menampilkan kesetiaan dan cinta yang sesungguhnya bagi NKRI ini?

Perlu mereka ketahui bahwa Ahmadiyah di Indonesia sudah berada dari semanjak tahun 1924. Keberadaannya yang sudah cukup lama ini tentunya telah membawa Ahmadiyah melewati masa-masa perjuangan, dimana negara ini telah berjuang keluar dari kondisi berat masa kolonilaisme hingga mencapai kemerdekaannya. Dan apabila Ahmadiyah dengan keberadaannya sejak menginjakan kaki di bumi pertiwi ini sebagai organisasi yang memiliki agenda yang disebut sebagai radikal kanan, tentunya hal itu akan nampak secara kontras apa yang telah dilakukan oleh para penganutnya hingga Negara ini menjadi sebuah Negara yang berdaulat.

Adalah Gusdur yang merupakan presiden Indonesia yang keempat telah menyampaikan dalam tulisannya pada buku Ilusi Negara Islam, yang menyebutkan bahwa  pada fase kemerdekaan Indonesia, NKRI diperjuangkan oleh seluruh elemen bangsa, termasuk NU, Muhamadiyah dan juga Ahmadiyah. (Ilusi Ngeara Islam h.15)

Ucapan tokoh Negara itu bukan tanpa dasar, hal ini dapat kita buka dalam lembaran sejarah yang terdapat dalam harian berita kedaulatan rakyat yang terbit pada tanggal 10 Desember 1946. Didalam harian ini termuat sebuah dokumen berita yang isinya sebagai seruan dari  Khalifah Ahmadiyah Yang Kedua, yaitu Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra. Pada fase kemerdekaan Indonesia saat itu, Khalifah membuat semacam seruan diantaranya:

Pertama, Agar warga Ahmadiyah di seluruh dunia (yang pada waktu itu jumlahnya telah mencapai jutaan) untuk berpuasa setiap Senin-Kamis dan berdoa bagi kekuatan pemimpin dan bangsa Indonesia.

Kedua, Jika bangsa Indonesia merdeka, akan membawa faedah bagi dunia. Sehingga dengan itu Khalifah pada saat itu meminta agar negara-negara Islam untuk menyuarakan atau mengkampanyekan agar banyak negara mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia.

Ketiga, Khalifah pun menyerukan pada seluruh Muballigh Ahmadiyah di seluruh dunia, diantaranya: Palestina, Mesir, Iran, Afrika, Eropa, Kanada, Amerika Serikat, Amerika Selatan dan lain-lain untuk mendengungkan dan menulis di surat-surat kabar, majalah yang ada di negaranya masing-masing tentang perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. (Kedaulatan Rakyat, 10 Desember 1946).

Dengan kenyataan ini, jelas sangatlah bertolak belakang sekali apabila Ahmadiyah memiliki agenda lain yang disebut-sebut sebagai organisasi yang terafiliasi dengan gerakan radikalis kanan. Apakah upaya yang dilakukan Ahmadiyah saat itu merupakan sebuah drama atau sekedar tipuan kamuplase belaka? Kenyataan sejarah ini tentunya tidaklah bisa didustakan, karena element penting dari pucuk pimpinan tertinggi Ahmadiyah pun telah mengeluarkan seruan yang teramat penting bagi kemerdekaan Indonesai saat itu.

Pengkhidmatan Raden Moehammad Moehyidin Sebagai Sekretaris Panitia Kemerdekaan Pertama RI.

Bukti lain dari kecintaan warga Ahmadiyah kepada NKRI yang tentunya patut kita kenang dengan penuh kebanggan, yaitu datang dari seorang bernama Rd. Moehammad Moehyidin. Sebagai bukti pengkhidmatannya, beliau pernah menjadi Sekretaris Panitia Perayaan HUT RI yang pertama. Rd. Moehammad Moehyidin saat itu merupakan Ketua Hoofdbestuur atau Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah pertama di masa awal kemerdekaan Indonesia. Bersamaan dengan itu beliau pun menjabat sebagai pejabat tinggi Kementerian Dalam Negeri dan juga pejuang yang aktif mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia di Jakarta.

Foto Raden Moehammad Moehyidin sedang memegang Al-Quran

Pada tahun 1946 beliau diangkat sebagai sekretaris panitia perayaan kemerdekaan Republik Indonesia yang pertama. Rencananya beliau akan memimpin barisan dan memegang bendera merah putih di barisan depan, tetapi delapan hari sebelum perayaan proklamasi dilaksanakan Moehyidin diculik Belanda dan tidak diketahui keberadaannya sampai sekarang. Menurut keterangan dari beberapa orang bernama Suwiryo dan Yusuf Yahya yang tak lain adalah mantan walikota dan wakil walikota di DKI Jakarta, mereka menyebutkan bahwa Moehyidin telah dibawa oleh para serdadu Belanda ke suatu tempat di Depok dan ditembak mati di sana. Satu syuhada dari anak didik khalifah Ahmadiyah telah merelakan darahnya mengalir untuk menyuburkan tanah air Indonesia. Apakah ini yang disebut Radikal Kanan?

Sayyid Shah Muhammad Muballigh Ahmadiyah Dari Pakistan Yang Menjadi Pahlawan Negara Indonesia

Sayyid Shah Muhammad Lahir di Pakistan, 9 April 1912. Beliau ikut membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebagai Pimpinan Umum “Misi Muslim Ahmadiyah” ia secara turut serta didalam perjuangan bangsa Indonesia melawan Penjajah di masa Revolusi Fisik. Seorang yang selalu disapa dengan sebutan Tuan Sayyid Shah Muhammad ini mendorong pemuda-pemudi Ahmadiyah Indonesia untuk turut berjuang bagi kemerdekaan bangsa Indonesia.

Sayyid Shah Muhammad Muballigh Ahmadiyah Ahmadiyah asal pakistan

Pada tanggal 1 April 1947 beliau diangkat Pemerintah Indonesia waktu itu sebagai “Pegawai Bantuan Golongan ke I (Tinggi) Kementerian Penerangan Jogjakarta sebagai Kepala Seksi Urdu pada Bagian Publiciteit Kementrian Penerangan. Tugas beliau adalah untuk merebut pendapat umum Internasional, bahwa perjuangan RI adalah benar dan adil. Beliau juga turut serta di dalam siaran berbahasa Inggris.  

Kartu Bukti Tanda Jasa Sayid Shah Muhammad dari KODAM V Djajakarta Tahun 1968

Kiprah lainnya adalah sebagai pejuang Kemerdekaan, Panita Pemulihan Pemerintahan RI, Panita Penyambutan PJM Presiden RI ke Jogja, Satu-satunya orang asing yang bertugas menyertai rombongan Presiden RI, dan Penyusun program Bahasa Urdu RRI di Jakarta. Pada 10 November 1958 Presiden Panglima Tertinggi Angkatan Perang RI, Soekarno menganugerahkan Tanda Jasa Pahlawan kepada Tuan Sayyid Shah Muhammad atas jasanya dalam perjuangan gerilya membela kemerdekaan Negara Kesatuan Repoblik Indonesia. (Bisa dilihat pada majalah Detik edisi 90 tanggal 19 sd 25 Agustus 2003).

Pertmuan dan penyerahan Al-Quarn Terbitan Ahmadiyah dari Sayid Shah Muhammad kepada Presiden Soekarno

Dari sederet pengkhidmatan seorang Tuan Sayid Shah Muhammad  yang sudah di berikan bagi bumi pertiwi ini, apakah bisa jamaah Ahmadiyah itu di lebeli sebagai organisasi yang condong kepada gerakan radikal kanan? Tentunya bagi para pejabat manapun dari pemerinta Indonesia yang saat ini memiliki kecurigaan bahwa Ahmadiyah adalah sama dengan radikal kanan, harusnya mereka merasa malau ketimbang mereka menerka-nerka tanpa bukti dengan tuduhan yang dapat menyesatkan banyak orang.

Arief Rahman Hakim Sang Pahlawan Ampra

Lahir di Padang 25 Februari 1943 dari sepasang suami istri Ahmadi bernama Haji Syair dan Hakimah. Arief Rahman Hakim tamat SMP tahun 1958 kemudian pindah ke Jakarta untuk melanjutkan sekolah di SMA hingga akhirnya masuk Perguruan Tinggi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Selain sibuk menuntut llmu dan sibuk didalam organisasi kemahasiswaan Arief Rahman Hakim merupakan seorang pemuda yang sangat aktif dalam kegiatan organisasi kepemudaan Jemaat Ahmadiyah (Khudamul Ahmadiyah).

Tanggal 24 Februari 1966 Arief Rahman Hakim gugur sebagai Pahlawan Ampera dalam aksi mahasiwa melawan Orde Lama. Untuk mengabadikan nama mahasiswa Universitas Indonesia yang menjadi Pahlawan Ampera. Sebuah Masjid di lingkungan Kampus Universitas Indonesia yang letaknya disamping gedung Rektorat lama di JI. Salemba Raya No. 4 diberi nama sang Pahlawan Ampera itu, yaitu: “Masjid Arief Rahman Hakim”.

Wage Rudolf Supratman Pencipta Lagu Indonesia Raya

Pencipta Lagu Kebangsaan Indonesia Raya etika kita membicarakan lagu kebangsaan kita Indonesia Raya, ketika kita me ‘Indonesia Raya’ bagi bangsa dan negara kita, maka kita akan teringat juga kepada penciptanya, yakni aimarhum Wage Rudolf Soepratman. Soepratman dilahirkan tanggal 9 Maret 1903 pada hari hari Jum’at Wage di Jatinegara (Jakarta), sebagai putera kelima dari keluarga Sersan Soepardjo. ngenang kebesaran arti Sebelum menciptakan lagu Indonesia Raya, WR Soepratman sempat menjadi wartawan Kaum Muda.

Beberapa karya beliau diantaranya buku roman yang berjudul ‘Gadis Desa’, lagu kebangsaan ‘Di Timur Matahari, Bendera Kita, dan lagu K.B, tetapi beliau belum puas dengan lagu-lagu yang ia ciptakan itu. Beliau ingin ada lagu kebangsaan yang lebih tepat dengan jiwa dan perjuangan bangsa Indonesia, menuju Indonesia merdeka. Maka akhirnya selesailah sebuah lagu yang berjudul “Indonesia Raya’.

Dalam Kongres Pemuda Indonesia ke-2 di Jakarta, tanggal 28 Oktober 1928, lagu “Indonesia Merdeka’ diperdengarkan. Isi syair dan lagunya sungguh-sungguh mempengaruhi jiwa semua hadirin dalam kongres itu, dan akhirmya diakui sebagai lagu kebangsaan Indonesia. Lagu Indonesia Raya makin terkenal di dunia. Tahun 1932 Soepratman menderita sakit urat syaraf, disebabkan lelahnya karena bekerja keras. Setelah beristirahat 2 bulan di Cimahi, beliau kembali ke Jakarta untuk mengikuti aliran Ahmadiyah. Beliau meninggal dunia pada tanggal 17 Agustus 1938. (Majalah Detik edisi 90 tanggal 19-25 Agustus 2013 dan Buku Kenang-kenangan 10 Tahun Kabupaten Madiun h. 160)

Saatnya Para Pencari Kebenaran Meluruskan Hati dan Pikiran.

Seperti itulah saya mencoba untuk mendokumenkan beberpa hal yang penting yang akan menjadi bantahan kepada beberapa pihak yang sampai saat ini masih memiliki kebengkokan paham tentang Ahmadiyah. Mereka harus berusaha memahami tentang bagaimana para elemen dari founding father bangsa kita yang telah banyak berjuang. Apakah mereka itu dari kelompok lapisan masyarakat suku tertentu, atau bahkan mungkin dari peran penting pergerakan organisasi-organisasi yang ada saat itu. Dan dalam hal ini termasuk Jemaat Ahmadiyah yang telah mengusung sistem khilafah ini, ternyata mereka telah bersama-sama menunjukan buktinya berjuang mempertahankan NKRI.

Pesan Khalifah Ahmadiyah Yang Ke lima tentang Loyalitas

Saya aka mencoba untuk menuliskan didalam akhir tulisan saya ini beberapa pesan yang amat penting dari khalifah Ahmadiyah tentang kesetiaan. Memang saya akui mungkin saja banyak orang yang memiliki kekhawatira tentang kembalinya sistem khilafah saat ini. Bayangan mereka bisa saja berkelana kepada kisah-kisah masa lalu yang mengenang dinasti-dinasti islam masa lampau, yang telah mengusung sistem tersebut dengan berbagai kisah mengerikan didalam mempertahankan kekuasaan. Namun kekhawatiran itu tentunya akan hilang sirna, apabila mereka mencoba untuk membaca dan mengkaji pesan-pesan yang disampaikan oleh Khalifah Ahmadiyah saat ini.

Pada masa beberapa tahun yang lalu, dalam hal ini Khalifah Ahmadiyah yang ke lima yaitu hadhrat Mirza Masroor Ahmad Aba, telah menyampaikan dalam sebuah pidatonya dihadapan para pejabat Meliter Jerman yang bertempat di Markas Besar Meliter Koblenz, tepatnya pada tahun 2012. Beliau menyampaikan pesan tentang loyalitasnya kepada negri sebagai berikut:

Pertama-tama saya ingin menyampaikan kepada anda (Para Hadirin), bahwa Nabi Muhammads.a.w. sendiri yang mengajarkan bahwa  “Cinta kepada tanah air adalah bagian dari iman”. Karenanya, patriotisme yang tulus adalah suatu keharusan dalam Islam. Kecintaan sejati kepada Tuhan dan kepada Islam, mensyaratkan orang itu harus mencintai bangsanya sendiri. Hal ini sudah jelas, yaitu tidak ada pertentangan kepentingan antara seseorang yang mencintai Tuhan sekaligus cinta kepada negaranya.

Cinta pada negara adalah bagian dari ajaran Islam, karenanya jelas bahwa setiap Muslim harus berupaya kuat meraih loyalitas dengan standar tinggi terhadap negerinya, karena ini bermakna juga sebagai jalan menuju Tuhan untuk memperoleh kedekatan kepada-Nya. Oleh karena itu, tidak mungkin kecintaan seorang Muslim sejati kepada Allah bisa menjadi hambatan atau penghalang untuk mencegahnya dari menampilkan cinta sejati serta kesetiaan kepada negaranya. (Krisis Dunia dan Jalan Menuju Perdamaian h. 32)

Berikutnya khalifah Ahmadiyah selain berbicara masalah cinta negri dan dan segala loyalitasnya, lebih lanjut beliau berbicara masalah pengkhianatan dan pemberontkan. Bahwa dalam ajaran Islam Ahmadiyah sebagaimana perintah Quran suci beliau menyampaikan seperti ini: “Dengan demikian, umat Islam diinstruksikan untuk selalu bertindak dengan cara yang membuat ridho-Nya. Singkatnya, menurut ajaran Islam, Tuhan Maha Kuasa telah melarang semua bentuk pengkhianatan atau pemberontakan, baik terhadap negara atau pemerintah. Hal ini karena pemberontakan atau tindakan melawan negara adalah ancaman bagi perdamaian dan keamanan bangsa”. (Krisis Dunia dan Jalan Menuju Perdamaian. H. 36)

Inilah gambaran umum tentang kesetiaan para pengikut Ahmadiyah kepada bangsanya. Dimana titah khalifahnya akan menjadi keseragaman amalan sebagai wujud bakti dan kecintaan mereka kepada imam mereka yang di manifestasikan dalam bentuk kesetiaan mereka kepada negara mereka.

Kiranya kita dapat melihat bagaimana orang-orang Ahmadiyah yang telah banyak memeberikan sumbangsihnya bagi kemanusian, terutama di negara kesatuan republik Indonesia ini. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut telah dan sedang dilakukan oleh orang-orang Ahmadi dengan ketulusan dan cinta. Kita dapat menyaksikan bagaimana tulusnya orang-orang Ahmadi dalam rangka mereka ingin memberikan kebahagiaan kepada warga negara yang tidak bisa melihat, dengan ini maka orang-orang Ahmadi menjadi organsasi pertama yang telah mendonorkan matanya dan hingga saat ini mereka telah mendapatkkan penghargaan Muri.

Walaupun disisi lain mereka selalu mendapat tekanan dan diskriminasi, baik oleh sebagaian masyarakat yang kontra dengan mereka maupun dilakukan oleh para pemangku kebijakan dinegara kita. Namun sudah menjadi kebanggaan dalam pribadi orang-orang Ahmadi ketika mereka mendapatkan berbagai macam tekanan, namun kesetiaan itu tidak akan pernah luntur dan pupus dari jiwa mereka, karena kesetiaanya itu sudah seperti nafas dalam kehidupannya.

Dan senada dengan pesan yang mulia Khalifah Ahmadiyah sampaikan dalam pidatonya di Jerman beliau bersabda bahwa, “Jagalan ini dalam fikiran, kesetian pada bangsa membutuhkan seseorang untuk menampilkan kesabaran, untuk menunjukan moralitas dan mengikuti hukum Negara.” Jadi walaupun terkadang mendaptakan perlakuan yang tidak adil dari Negara tempat mereka tinggal, namun sedikitpun tidak akan mengurangi rasa setia dan cinta orang-orang ahmadi, dan mereka akan terus berupaya dengan kegigihan dan kesabaran. Karena kesetiaan yang hakiki itu butuh pengorbanan dan kesabaran.

Saya kira dengan tulisan ini dapat memberikan sedikit wawasan bagi mereka yang belum memperoleh pemahaman sebenarnya tentang Khilafah Ahmadiyah. Semoga dengan ini mata hati para pencari kebenaran dapat terbuka lebar, supaya mereka  dapat memahami tentang seberapa dalam kecintaan orang-orang ahmadiyah kepada negrinya. Dan sekali lagi Ahmadiyah bukanlah Radikalis Kanan, namun Ahmadiyah adalah sekelompok manusi penyembah Tuhan Yang Esa dan orang-orang yang mencintai negri dan sesamanya karena Allah Swt. [Roez]

#KhalifahAhmadiyah

#Ahmadiyah

Tinggalkan komentar